Dokter yang bekerja di rumah sakit, umumnya dibagi dalam 2 kelompok. Mereka yang langsung bekerja melayani pasien atau disebut dengan tenaga fungsional dan sebagian ada yang mengambil peran untuk mengatur keberlangsungan operasional rumah sakit yang biasa disebut tenaga struktural. Tenaga struktural dikepalai oleh seorang yang biasa disebut direktur. Sedangkan dokter sebagai tenaga fungsional, selain merupakan bagian dari karyawan suatu institusi rumah sakit, aktifitas klinis dan mekanisme berinteraksi antar teman sejawat akan diatur oleh aturan kesepakatan kelompok seprofesi atau disebut dengan SMF (Staf Medis Fungsional). Misalnya SMF Anak, SMF Bedah, SMF Penyakit Dalam dan lain-lain. Secara individu, seorang dokter terikat dengan etika dan standar profesi masing-masing ketika ia harus menangani pasien. read more…
Jika mungkin untuk mencegah terjadinya masalah medis, tidak perlu ada pengaduan pasien ke pihak lain akan layanan yang diterimanya. Dan hal ini potensi untuk menggiring suatu ketidakpuasan layanan medis dianggap sebagai tindakan malpraktek.
Berikut beberapa tip yang dapat mencegah terjadinya suatu sengketa medis;
- Tanyakan apakah kasus yang anda hadapi merupakan suatu kelainan yang banyak dijumpai dan seberapa sering dokter anda menanganinya. Boleh jadi sebenarnya penyakit anda cukup sering dijumpai pada pasien-pasien lainnya, tapi sang dokter belum memiliki pengalaman untuk menanganinya. Permasalahan beresiko muncul jika menyangkut tindakan medis. Bertanyalah “ Dok.. apa lumayan banyak yang menderita seperti saya..?” Pertanyaan itu akan menyiratkan seberapa sering sang dokter menangani penyakit itu, sekaligus juga menunjukkan kompetensinya. Sehingga dapat menghindari anda ditangani oleh dokter yang tidak tepat. read more…
Walaupun saat ini ada berbagai cara berkomunikasi antara dokter dan pasien, antara lain dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, seperti lewat media masa atau secara online melalui internet,tetapi tetap masih diakui dan dirasakan bahwa berkomunikasi secara langsung lebih memiliki nilai tinggi dalam hal obyektifitas serta rasa kemanusiaannya. Sehingga masih akan tetap dibutuhkan. Maka oleh karena itu banyak pihak yang menilai kwalitas layanan seorang dokter, salah satu indikatornya adalah dari cara dokter itu berkomunikasi dengan pengguna jasanya. Namun pada kenyataannya tidak semua dokter bisa berkomunikasi sesuai harapan pasien. Ada berbagai macam kendala yang para dokter hadapi ketika mereka berkomunikasi dengan pasiennya. Dilihat dari hambatan-hambatan tersebut didapatkan intinya terdiri dari 3 unsur utama, yakni waktu yang tersedia untuk menjalankan suatu komunikasi, gaya berkomunikasi dan isi komunikasi atau pembicaraan tersebut. read more…
Dalam perkembangan dunia informasi yang begitu pesat ini membuat banyak orang mulai terbuka wawasan dan dengan makin membaiknya tingkat sosial ekonomi membuat pula dampak pada kebutuhan yang makin meningkat terhadap kwalitas layanan penyedia jasa baik secara personal maupun kelompok atau institusi, termasuk dokter dan rumah sakit sebagai andalan penyedia jasa di bidang medis. Ketidaksesuaian antara imbalan yang harus dikelurkan pasien terhadap layanan yang diterima, sangat potensi untuk menimbulkan suatu tuntutan sebagai cetusan rasa tidak puas. Namun demikian tidak semua orang sesungguhnya mengetahui atau setidaknya mengerti akan hak-hak yang mestinya mereka dapatkan ketika sedang menerima penanganan dari petugas medis di tempat tempat pelayaan kesehatan, seperti tempat praktek, klinik, rumah sakit dan yang lainnya. Padahal masalah ini sudah dituangkan dalam bentuk tertulis melalui undang-undang, peraturan serta himbauan. Apa saja hak-hak pasien tersebut? read more…